Cari Blog Ini

Jumat, 16 Februari 2018

Budaya 'KEPO'




Catatan : KEPO (Knowing Every Particular Object)

Mind Your Own Business.

Face it, We, Human are the creature of nosynes
Kita selalu saja ingin tau urusan orang lain. Itu sebabnya reality show merajalela di televisi, infotainment bisa ditonton puluhan kali dalam sehari. Bahkan, (mungkin) kita begitu suka membaca novel-novel atau film dan sinetron karena subconsciously, kita senang melihat dan mengikuti apa yang terjadi dalam kehidupan orang lain (eventhough it’s fictional). Bawaannya puas aja gitu kalau bisa tau apa sedang dilakukan dan apa yang sedang menimpa seseorang. Lucunya, not many of us get happy kalau yang terjadi justru sebaliknya, disaat urusan kita dicampurin oleh orang lain atau ketika kita berhadapan dengan mahluk –mahluk yang kepo alias nosy, bikin elu pengen nempelin stiker MYOB dijidat mereka.. Mind Your Own Business.

Kalau elu ingin mengadakan semacam penelitian atau observasi kasus ‘nosy people’ ini, Indonesia merupakan tempat yang tepat. Karena nampaknya orang-orang kita memang hobi sekali mencampuri urusan orang lain. Mulai dari hal-hal yang simple semacam sapaan ‘mau kemana?’, atau ‘dari mana?’ (yang which is kalo elu bawa keluar sana bisa jadi sangat nosy, I mean .. c’mon man, what kind of greeting is ‘where are you going?’ or ‘where have you been?’ kenapa nggak bisa sekedar menyapa dengan ‘heloo, hari yang cerah ya?’ atau ‘hai semoga hari lo menyenangkan’ or something like that, toh sama saja kalau memang tujuannya Cuma untuk beramah tamah). Sampai ke yang lebih ‘nyebelin’ lagi kayak ngurusin hal-hal yang sifatnya benar-benar personal, semacam; agama, moral, dan sejenisnya. Di Indonesia nggak aneh rasanya kalau dalam pembicaraan basa-basi somehow keluar pertanyaan ‘agama lo apa?’, padahal religion is of course one of the most personal things in life, in our society kayaknya hal-hal itu jadi lumrah aja diletakkan diruang publik. Sampai-sampai, ada golongan tertentu yang merasa bisa bawa-bawa nama agama untuk menjadi watchdog, mengecek apakah seluruh anggota masyarakat tanpa terkecuali benar-benar bertindak dan berlaku sesuai dengan ‘agama’ itu dalam kehidupan sehari-hari. Lucunya, pemerintah kita juga kayaknya kok setuju-setuju aja dengan semangat kepo dengan sempat bikin RUU yang mengatur urusan paling personal, bahkan kalau nggak salah waktu itu sempat ingin bikin RUU yang mengatur tentang kumpul kebo segala. Gimana bisa bilang MYOB kalau wilayah personal dan wilayah publik aja ‘abu-abu’ nggak jelas. Bisa-bisa jawabannya, ‘hey, your business is my business too! So, suck it up!’.

Eh tapi tenang aja, kan di Indonesia sekarang belum kayak gitu, iya kan? Iya nggak sih?
Mesikpun wilayah personal dan publik emang suka nggak jelas di masyarakat kita. Buktinya kita bisa tau tentang gossip-gosip terbaru dunia selebritis atau temen sekelas lo yang baru aja putus gara-gara pacarnya selingkuh atau lo yang hobi bacaain inbox-inbox ponsel temen lo, atau terkekeh-kekeh membaca diary adik lo yang isinya udah kayak novel romansa khas telenovela. Jadi, ya sudah jelaslah, meskipun wilayah personal dan wilayah publik emang suka nggak jelas dan suatu hari nanti kita mungkin bakal kehilangan hak buat bilang MYOB, mumpung infotainment masih diputar sepanjang hari, cukup tertawa sajalah sampai puas.
---

Sumber : Kaskus Thread SFTH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar